Menyambut Ramadhan
By; Satria saputra
Bulan suci Ramadhan adalah bulan yang sangat
ditunggu-tunggu oleh umat muslim di seluruh penjuru dunia. Ramadhan merupakan
bulan kesembilan dalam penanggalan Hijriyah (sistem
penanggalan agama Islam) dan merupakan bulan yang penuh berkat, penuh
rahmat, penuh pengampunan serta punya banyak kelebihan. Dengan
kelebihan-kelebihan inilah masyarakat menyambut bulan suci Ramadhan dengan
penuh suka cita yang dilakukan dalam berbagai cara yang unik hingga menjadi
sebuah tradisi.
Tak
terkecuali masyarakat Prov. Jambi, mereka menyambut datangnya
bulan suci Ramadhan dengan menggelar kompetisi perang-perangan dengan
mengunakan meriam yang dibuat dari bambu atau bedil buluh.
Dulu, tepat di pinggir sungai Batanghari di kawasan
kompleks percandian Muaro Jambi, puluhan anak berkumpul untuk menyaksikan
rekan-rekan mereka yang ikut serta dalam permainan perang-perangan dengan
meriam bambu atau bedil buluh dalam bahasa setempat. Permainan ini terdiri dari
beberapa kelompok, biasanya terdiri dari 4 (empat) kelompok yang masing-masing
kelompok beranggotakan 4 (empat) orang anak, sebelum bertanding biasanya
masing-masing kelompok diwajibkan untuk menyanyikan yel-yel supaya bersemangat
dalam bertanding. Nah, kelompok dengan yel-yel terbaik akan mendapat hadiah
berupa buku bacaan tentang Nabi-nabi yang diberikan oleh kakak-kakak pemuda
setempat.
Bermain meriam bambu atau bedil buluh ini memang sangat mengasyikan, namun bila kita tidak terbiasa, permainan ini dapat mengakibatkan bulu mata menjadi keriting karena jarak yang tidak ideal antara mata dengan lubang api pada saat kita ingin menghidupkan meriam bambu tersebut. Meski berbahaya, namun anak-anak tersebut cukup cekatan dan berhati-hati dalam melakukan permainan ini.
Tradisi perang meriam bambu sendiri dimaksudkan sebagai pertanda, sebulan penuh saat bulan Ramadhan, umat muslim di seluruh dunia akan melakukan perang melawan hawa nafsu dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Bermain meriam bambu atau bedil buluh ini memang sangat mengasyikan, namun bila kita tidak terbiasa, permainan ini dapat mengakibatkan bulu mata menjadi keriting karena jarak yang tidak ideal antara mata dengan lubang api pada saat kita ingin menghidupkan meriam bambu tersebut. Meski berbahaya, namun anak-anak tersebut cukup cekatan dan berhati-hati dalam melakukan permainan ini.
Tradisi perang meriam bambu sendiri dimaksudkan sebagai pertanda, sebulan penuh saat bulan Ramadhan, umat muslim di seluruh dunia akan melakukan perang melawan hawa nafsu dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Tak
jauh beda dengan daerah lain, selain mempersiapkan diri untuk menyambut Bulan
Suci Ramadhan, di Merlung juga beragam tradisi menyambut bulan yang
ditunggu-tunggu umat muslim di seluruh dunia ini. Sungguh terasa apabila bulan
suci itu akan segera tiba. Masyarakat mempersiapkan segala sesuatu untuk
kenyamanan beribadah di bulan Ramadan, seperti membenah Masjid, Langgar, Surau
bahkan tempat-tempat umum seperti jalan-jalan menuju masjid yang diterangi
dengan lampu.
Dentuman bedilpun baik terbuat dari bambu ataupun kaleng bekas ikut menyemarak menyambut kedatanag Bulan Suci Ramadhan, tak terkecuali colok (obor) dan lilin dipasang di halam rumah, perlengkapan arak- arak sahurpun disiapkan.
Namun sayang, itu hanyalah kenangan masa lalu semata, berbeda dengan saat ini tradisi-tradisi asli Provinsi Jambi makin hari kian terkikis karena perkembangan zaman. Dunia modern seolah-olah memaksa kepergian tradisi itu. Padahal, sudah sepatutnya kita terutama generasi muda menjaga dan melestarikan nilai-nilai tradisi tersebut.
Dentuman bedilpun baik terbuat dari bambu ataupun kaleng bekas ikut menyemarak menyambut kedatanag Bulan Suci Ramadhan, tak terkecuali colok (obor) dan lilin dipasang di halam rumah, perlengkapan arak- arak sahurpun disiapkan.
Namun sayang, itu hanyalah kenangan masa lalu semata, berbeda dengan saat ini tradisi-tradisi asli Provinsi Jambi makin hari kian terkikis karena perkembangan zaman. Dunia modern seolah-olah memaksa kepergian tradisi itu. Padahal, sudah sepatutnya kita terutama generasi muda menjaga dan melestarikan nilai-nilai tradisi tersebut.
Para generasi muda saat ini sangat memprihatinkan, mereka lebih memilih menghabiskan waktu-waktu luangnya dengan hal-hal yang tidak berguna dengan bermain video game dan sebagainya.
0 komentar:
Posting Komentar