Senin, 04 Mei 2015

Cerpen Pertama di Putih Abu-Abu

Cerpen Pertama di Putih Abu-Abu
Karya : Satria Saputra
atria Saputra, itulah 2 (dua) suku kata dari nama sederhana tapi kaya makna  yang dianugerahi oleh kedua orang tuaku, dan aku adalah seorang anak SMA Negri di Kota Jambi, setiap hari aku berangkat ke sekolah dengan berjalan kaki karena sekolahku yang tidak terlalu jauh dari tempat ku berdomisili, yaaaahhhhhh hitung-hitung sekalian berolahraga gratis. Setiap hari aku pergi ke sekolah pada pukul 06.30 WIB, akan tetapi pagi ini tidak seperti biasanya, ketika aku sedang berjalan menuju sekolah sambil melantunkan asma’ul husna yang ku dengar dari ponselku, tiba-tiba aku mendengar suara tarikan gas kendaraan bermotor yang sangat amat lembut bak tangga nada yang berirama berbunyi silih berganti mengikutiku, perlahan aku menoleh kebelakang karena rasa penasaranku ingin melihat apa yang sebenarnya mengikutiku sedari tadi. Sungguh sebuah keajaiban, ternyata sesosok perempuan yang berparas indah, bertutur lembut, berbudi luhur dengan lilitan hijab di kepalanya yang memakai seragam sekolah berwarna putih abu-abu sama sepertiku merupakan sosok wanita yang sangat aku istimewakan, tak dapat dipungkiri bahwa aku memiliki perasaan yang sangat spesial pada dirinya. Perasaan ini mulai timbul ketika kami sama-sama berada pada Masa Orientasi Siswa di SMA, entah mengapa aku selalu melihat kearah dirinya yang berdiri dibarisan kelas X1, karena dulu ketika MOS aku berada di barisan kelas X2.
Setelah sampai di kelas, aku langsung meletakkan tasku yang cukup besar ini ke atas meja sembari mengeluarkan buku latihan dari salah satu mata pelajaran untuk mengerjakan tugas yang diberikan sekitar 1 (satu) minggu yang lalu, memang ini merupakan salah satu kebiasaan buruk yang sangat sulit aku hentikan, yaitu mengerjakan tugas di sekolah bukan dirumah. Saat aku sedang berjibaku mengerjakan tugas tersebut, entah mengapa perlahan mataku melihat tepat kearah depan dan ternyata sesosok wanita yang sangat aku istimewakan tersebut tersenyum padaku. Aku pun tersipu malu, dan sebagai seorang lelaki tentu saja aku merasa bernilai lebih pula dimatanya atau sering disebut anak alay jaman sekarang dengan sebutan “SalTing (salah tingkah)”
Jujur, selama kegiatan belajar mengajar pada hari itu berlangsung, aku tidak terlalu sukses untuk mengikutinya dengan baik karena aku masih terbayang-bayang oleh senyumannya yang sangat lembut pada diriku sebelumnya, bahkan saat aku mengikuti pelajaran tambahan  bahasa Inggris pun masih terbayang dengan jelas senyuman manisnya. Sungguh hal ini membuat hari-hari ku berwarna. Tidak hanya itu, aku bahkan terlena dan hampir lupa jika hari ini adalah hari terakhir (deadline) pengumpulan atau pengiriman bahan lomba menulis essay tingkat provinsi yang diadakan oleh Universitas Jambi dalam rangka hari Kartini, untunglah aku cepat terbangun, aku cepat teringat kembali walaupun pengiriman bahanku pada akhir-akhir waktu, mungkin sekitar jam 08.00 atau setelah isya karena masjid yang berada didekat rumahku kebetulan berdekatan dengan sekolah yang memiliki jaringan Wi-Fi, oleh karena itu sebelum aku berangkat ke masjid untuk sholat berjama’ah, aku terlebih dahulu men-charge baterai laptop sampai penuh lalu membawanya. Maklum, saat itu modem yang sering aku gunakan tak kunjung kembali entah kemana, entah hilang ataukah dicuri orang yang pastinya aku telah ikhlaskan hal tersebut.

Ketika di sela-sela penyuntingan tugas essayku, datanglah seorang kakek tua  yang menghampiriku sambil bertanya di mana letak rumahku dan dimana aku bersekolah, tak hanya itu ia juga berniat untuk memberikan aku sepasang sepatu yang belum lama ini ia beli dari pasar tradisional. Sungguh, aku tercengang, tak sanggup tanganku menerimanya, tak sanggup mulutku berucap, tak sanggup logikaku berfikir, karna aku tahu jika sepatu itu adalah satu-satunya sepatu yang ia miliki untuk bekerja mencari nafkah setiap hari. Tanpa kusadari jika mataku telah berkaca-kaca, jantungku berdegup begitu kencang karna aku tak menyangka dan tak pernah mengira bahwa masih ada manusia yang berhati malaikat di dunia ini, dalam kesederhanaanya ia masih tetap ingin membantu orang lain sesuai kemampuannya. Dengan mempertimbangkan banyak hal akhirnya aku menolak dengan sikap penuh kesantunan dan lemah lembut, hingga akhirnya tergores sebuah senyuman dari pipi nya yang kering dan keriput tersebut. Setelah kakek tersebut kembali kerumahnya, lantas aku segera melanjutkan tugasku dan bergegas mengirimnya ke alamat E-mail yang telah ditentukan. Tepat pada pukul 09.00 malam aku pulang kerumah, dengan tubuh yang cukup letih ini perlahan aku langkahkan kakiku ke ruang dapur untuk mengambil makanan dan ternyata……………………… tidak ada satu pun makanan yang terdapat didapurku, dengan berat hati aku kembali menghidupkan motor matic-ku dan pergi ke warung-warung terdekat, mataku tertuju pada sebuah gerobak tua yang menjual makanan khas Sumatra Barat yaitu Sate Padang, tanpa berpikir panjang aku pun langsung mengambil uang di sakuku dan membelinya. Setelah sekian banyak hal yang terjadi hari ini, dari hal yang berkesan, haru, dan sial aku berniat untuk membuatnya dalam bentuk sebuah Cerita Pendek, dengan sigap aku mengambil PC-ku dan membuka program aplikasi MS. Word hingga jadilah seperti ini, sekarang  dengan tubuhku yang sangat lelah ini, aku butuh istirahat untuk mengembalikan tenagaku untuk menjalani hari esok, selamat malam cerpen-ku dan sampai jumpa esok hari.

0 komentar:

Posting Komentar