Minggu, 05 April 2015

Aku, Satria anak Jambi


Aku, Satria Saputra seorang anak yang dilahirkan di Jambi. Jambi merupakan salah satu provinsi yang terdapat di Indonesia.


Latar Belakang Satria Saputra
Saya adalah Satria Saputra, seorang anak laki-laki dari pasangan Syaiful Bahri dan Mahunah yang lahir pada 17 Juni 1998. Saya merupakan anak ke-2 (dua) dari 4 (empat) bersaudara. Ayah saya bekerja sebagai pedagang, sedangkan Ibu saya hanya mengurus rumah tangga di rumah. Saya hidup di keluarga yang sederhana, akan tetapi di dalam kesederhanaaan tersebut terdapat kehangatan yang terjalin antara setiap anggota keluarga. Jadi, dapat dikatakan bahwa saya adalah anak yang sangat beruntung dari teman-teman saya yang lain karena saya berada pada keluarga yang harmonis dan saya harus mensyukuri itu semua. Tentu saja, dalam mengarungi hidup ini, saya memiliki impian, memiliki harapan, memiliki tujuan, dan memiliki cita-cita. Cita-cita saya sedari kecil adalah menjadi seorang dokter, akan tetapi tidak cukup dengan hanya menjadi seorang dokter, saya juga ingin mendirikan rumah sakit sendiri agar dapat mengelolanya secara langsung dan agar dapat membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain.
Saat kecil, saya memiliki banyak cerita-cerita yang unik serta menarik, diantaranya pada saat saya berusia sekitar 3 tahun, saat itu saya memiliki kebiasaan yang cukup unik yaitu berlari-lari dan melompat-lompat setiap sehabis mandi, saya juga tidak ingin mengeringkan badan dengan handuk dan merapikan rambut, hingga pada akhirnya orang tua saya pun harus mengejar dan mencari saya sehabis mandi, kebiasaan ini lah yang membuat ayah saya menjuluki dengan panggilan yang sangat unik yaitu “karlung dan icat”, entah apa artinya itu sayapun tidak tahu sampai saat ini, akan tetapi saya pernah menanyakan langsung hal ini kepadanya dan ia hanya memberikan saya sebuah senyuman, mungkin saya di juluki seperti itu dikarenakan kebiasaan saya yang sering melompat-lompat setelah mandi. Hingga akhirnya, tetangga dan bahkan sebagian dari teman saya pun juga ikut memanggil saya dengan panggilan tersebut. Risih, gelisah, kesal dan jengkel pun saya rasakan, akan tetapi pada akhirnya saya menyadari bahwa itu semua merupakan tanda perhatian dan rasa kasih sayang mereka kepada saya.
Penerapan Ideologi Negara dalam Keluarga
Demi mencerdaskan kehidupan bangsa, sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD ’45, maka kedua orang tua saya mendaftarkan saya ke salah satu Sekolah Dasar. SDN 68/IV Kota Jambi merupakan pilihan utama orang tua saya dikarenakan jaraknya yang tidak terlalu jauh dari rumah saya, hingga pada akhirnya saya di daftarkan ke sekolah tersebut kurang lebih pada umur 6 tahun. Saya tidak pernah mencicipi bagaimana rasanya duduk di bangku Taman Kanak-kanak dikarenakan orang tua saya langsung mendaftarkan saya ke Sekolah Dasar. Mereka beranggapan bahwa medaftarkan saya ke Taman Kanak-kanak hanya dapat membuat saya manja, membuang waktu secara percuma, dan menghabiskan anggaran yang cukup banyak dalam keluarga. Mereka lebih memilih untuk mengajarkan saya di rumah dan anggaran tersebut digunakan untuk kepentingan yang sangat mendesak bagi keluarga.
Sekolah Dasar
Pada hari pertama masuk sekolah, saya bangun sangat pagi dikarenakan ibu saya menyarankan untuk memilih tempat duduk paling depan agar dapat melihat tulisan di papan tulis dengan jelas dikarenakan fostur tubuh saya yang cukup kecil dan yang terpenting adalah agar dapat berkonsentrasi penuh pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
Dengan tubuh yang cukup kecil di bandingkan teman-teman saya yang lain, terkadang tidak jarang bagi saya mendapatkan cemoohan-cemoohan dari mereka, tidak jarang pula mereka meremehkan dan bahkan memandang saya rendah, akan tetapi saya tidak terlalu memikirkan hal tersebut, saya hanya fokus pada edukasi yang sedang saya tempuh serta belajar dengan rajin dan giat yang diiringi dengan usaha dan do’a kepada Sang Pencipta agar dapat mengukir prestasi sebanyak-banyaknya, seperti apa yang telah disampaikan dan diamanahkan oleh kedua orang tua saya.
Ternyata, Tuhan memang sungguh Maha Adil. Disamping kenyataan pahit yang saya terima berupa teman-teman yang suka mencemooh dan meremehkan orang lain, saya mendapatkan teman yang sangat baik yaitu M. Ali Jantan atau yang sering dipanggil dengan Jantan, ia bukanlah anak orang kaya yang hidup bergelimang harta, melainkan anak orang yang sangat sederhana. Sama sepertiku, ia juga tak pernah merasakan bagaimana rasanya duduk di bangku Taman Kanak-kanak, hingga akhirnya kami sama-sama bertemu pada kelas IA, akan tetapi saya tidak duduk bersamanya, saya duduk dengan anak dari teman ayah saya dan sementara Jantan duduk dengan temannya yang baru, teman yang belum ia kenal sebelumnya. Tentu, hakikat manusia sebagai makhluk sosial dengan berinteraksi satu sama lain pun kami jalani, kami saling berinteraksi dan bersosialisasi dengan teman-teman lainnya di suatu tempat yang sangat asing bagi kami sebelumnya yang sering disebut orang dengan sebutan “kelas”.
Untuk memperlancar proses belajar mengajar, guru wali kelas kami pun membentuk perangkat-perangkat kelas, diantaranya yang terpenting adalah seorang pemimpin di kelas atau sering disebut dengan “ketua kelas”. M. Ali Jantan, itulah kandidat terkuat untuk menjadi ketua kelas kami, dengan fostur tubuhnya yang tegap, tinggi, besar dan gempal, ia sangat berpotensi untuk menjadi pemimpin, sehingga kami tak heran lagi ketika dilakukan pengambilan suara, ia meraih suara yang terbanyak.
Hari demi hari telah kami lalui bersama, detik demi detik telah kami lewati bersama, pelajaran dari setiap mata pelajaran pun telah kami pelajari bersama, tanpa terasa waktu bergulir dengan sangat cepat, sudah saatnya bagi kami mengikuti ujian akhir semester untuk menentukan kenaikan kelas, dalam hal ini kami harus bersungguh-sungguh, kami harus meninggalkan kegiatan-kegiatan yang tidak terlalu penting, kami harus memanfaatkan waktu seefektif mungkin, kami harus belajar lebih giat, kami harus lebih sering mengulang pelajaran ketika dirumah, kami harus lebih rajin lagi agar mendapatkan peringkat di kelas dan dapat membanggakan kedua orang tua dan keluarga.
Tak terasa, tepat satu minggu kami mengikuti ujian semester genap (II), ini saatnya untuk kami menerima hasil belajar selama satu tahun di sekolah. Ternyata, kami mendapatkan hasil yang sangat memuaskan dan kami dinyatakan dapat naik ke kelas selanjutnya yaitu kelas II, saya dinobatkan sebagai peringkat ke-2 dengan jumlah nilai yang terpaut hanya sedikit dengan peringkat pertama dan M. Ali Jantan sebagai peringkat ke-4 di kelas tersebut, sehingga ucapan rasa syukur pun terlontar dari mulut kami, dan kami bahagia karena dapat membanggakan kedua orang tua kami.
Waktu kami untuk berlibur pun telah usai, kini saatnya kami masuk ke sekolah seperti biasa dengan membawa kenangan liburan masing-masing, ada yang menikmati masa-masa liburannya akan tetapi tidak sedikit yang mengisi masa liburannya dengan hal-hal yang tidak terlau berkesan.
Lagi, untuk yang kedua kalinya Ibu saya membangunkan saya di pagi-pagi buta pada hari pertama masuk sekolah agar saya lekas bersiap-siap pergi dan mandapatkan tempat yang berada paling depan, perlahan-lahan saya membuka kedua mata yang cukup berat ini dengan mengucapkan rasa syukur saya kepada Sang Pencipta karena telah memberikan kesempatan untuk menikmati hari demi hari dalam hidup ini.
Kelas IIA, itulah kelas baru tempat saya menimba ilmu. Dengan menerobos masuk pintu kelas, saya pun langsung melemparkan tas sandang yang saya bawa ke tempat duduk paling depan yang dekat dengan meja guru. Serentak teman-teman saya pun mengikuti hal yang baru saja saya lakukan yaitu menerobos masuk ke kelas, memang hal tersebut sedikit melanggar peraturan sekolah dan terkesan kurang sopan, akan tetapi ini semua saya lakukan demi melaksanakan amanah dari Ibu saya.
Dengan maraknya kasus “buta baca tulis huruf Al-Qur’an”, kasus kenakalan remaja dan penyimpangan sosial yang sebagian besar pelakunya adalah para remaja, maka kedua orang tua saya memutuskan untuk mendaftarkan saya ke salah satu sekolah Madrasah agar saya dapat di didik sejak dini dalam bertingkah laku, dapat memperdalam ilmu agama, dan yang terpenting adalah agar saya dapat membentengi diri saya sendiri dengan ajaran tauhid agar tidak terpengaruh dengan kultur atau budaya Barat yang sangat bertolak belakang dengan budaya Timur kita. Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Takmiliah Awaliah merupakan sekolah Agama yang cukup dekat dari tempat saya berdomisili, hingga akhirnya orang tua saya mendaftarkan saya ke Madrasah tersebut. Saya merasa cukup senang karena dapat bersekolah di sana walaupun aktivitas-aktivitas saya menjadi sangat padat bahkan jauh lebih padat, apalagi ketika orang tua saya mendaftarkan saya untuk mengaji pada malam hari di Masjid yang juga dekat dengan rumah saya, hal ini tentu membuat waktu istirahat dan waktu bermain saya sangat sedikit dari sebelumnya.
Sedangkan di Sekolah Dasar, tidak terlalu banyak perubahan yang terjadi, hanya saja saya melihat sedikit perubahan terhadap sosok M. Ali Jantan, ia terlihat lebih aktif dan kompetitif dalam bersaing dengan teman-teman di kelas. Setiap pagi, ia selalu datang mendahului saya dan yang paling menakjubkan adalah tidak jarang ia menulis daftar perkalian dari 1-10 di papan tulis yang masih menggunakan kapur tersebut, dan yang paling penting ia menulis seluruh daftar perkalian tersebut tanpa melihat buku atau menggunakan kalkulator, bagiku sungguh ia seorang anak yang luar biasa, karena ia dapat menghafal dan mengingat sesuatu dengan cepat. Merasa tidak ingin tersaingi, saya pun bertekad untuk belajar lebih giat lagi dan tidak ingin usaha-usaha saya terkesan seperti “jalan di tempat”.
Dan ternyata hasilnya pun sesuai dengan apa yang saya harapkan, ketika penerimaan laporan hasil belajar selama satu tahun saya pun dapat mempertahankan peringkat ke-2 saya, dan Jantan mendapatkan peringkat ke-3. Sedangkan di Madrasah saya mendapatkan peringkat pertama dari teman-teman saya yang lain.
Dengan hasil yang cukup membanggakan ini, otomatis wali kelas saya mengapresiasikan kerja keras dari murid-muridnya yang mendapatkan peringkat dari 1-10 dengan memberikan penghargaan berupa hadiah darinya. Akan tetapi, sebelum semua hal itu terjadi, kedua orang tua saya telah terlebih dahulu berjanji untuk mengajak saya bermain di “Istana Anak-anak” pada liburan kenaikan kelas nanti dengan satu syarat yaitu, apabila saya berhasil mempertahankan atau bahkan meningkatkan peringkat saya di kelas. Sesuai dengan janji yang telah di ikrarkan kedua orang tua saya tersebut, maka akhirnya kedua orang tua saya pun mengajak saya untuk bermain di tempat yang telah mereka janjikan sebelumnya. Kali ini sekolah saya hanya memberikan waktu berlibur selama 2 (dua) minggu, akan tetapi tak dapat dipungkiri bahwa waktu ini sangatlah singkat bagi saya dan teman-teman lainnya karena kami sedang berada pada masa-masa bermain bersama teman sebaya.
Kini saatnya saya dan teman-teman saya yang lain masuk kembali ke sekolah. Seperti biasa, orang tua saya tidak pernah merasa bosan untuk membangunkan saya pada pagi-pagi buta di hari pertama saya masuk sekolah dengan tujuan agar saya mendapatkan tempat yang berada paling depan yang dekat dengan papan tulis dan meja guru, hal ini pun berlanjut hingga saya duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Saya melihat teman-teman  saya berbincang-bincang satu sama lain yang bercerita tentang liburan mereka masing-masing sembari duduk di tempat yang baru mereka dapatkan dan dengan wajah yang beragam, ada yang bahagia, suka cita, haru, sedih, kesal, jengkel atau bahkan tertawa terbahak-bahak pun ada, begitulah cara mereka mengekspresikan cerita-cerita selama liburan yang mereka alami.
Kurang lebih sama seperti kelas IIA dulu, tidak ada hal yang terlalu berkesan dan menarik yang terjadi dalam hidup saya. Akan tetapi, di kelas IIIA ini saya di angkat menjadi seorang dokter kecil di sekolah dan ini sungguh membanggakan kedua orang tua saya karena tidak sembarang orang dapat menjadi dokter kecil, apalagi saya diberikan baju dan atribut dokter lainnya. Dokter kecil di sini bertugas sebagai pertolongan pertama pada setiap hari senin jika ada siswa yang jatuh sakit ketika melaksanakan upacara. Saya juga dinobatkan sebagai dokter kecil termuda, setiap sepulang sekolah pada hari kamis dan sabtu kami mengadakan latihan khusus di sekolah yang berkerja sama dengan Puskesmas terdekat yaitu Puskesmas Putri Ayu Bhakti Husada. Latihan tersebut meliputi penanganan-penangan terhadap siswa yang terkena cedera ringan maupun berat. Hal ini pun berlangsung hingga saya duduk pada kelas V Sekolah Dasar. Saat itu, cukup banyak perlombaan yang saya ikuti seperti lomba menghafal ayat-ayat pendek, lomba adzan, lomba untuk menyolatkan jenazah dan bahkan saya dinobatkan menjadi juara ke-4 pada perlombaan dokter kecil yang diadakan oleh Puskesmas Putri Ayu, sayangnya, hanya juara 1-3 saja yang dapat berlomba di tingkat kota sehingga saya pun harus rela tersingkir. Walaupun demikian, ini semua tidaklah mengubur semangat saya dalam belajar, justru prestasi saya di Sekolah Dasar maupun Madrasah semakin meningkat dengan dapat bertahannya peringkat ke-1  saya setiap tahunnya.

Pentingnya Ilmu Pengetahuan
pemimpin yang memperjuangkan ilmu, setelah mendengar cerita nenek pada malam hari sebelum tidur, saya dibuat kagum dan iri dengan salah satu khalifah islam yaitu Ali bin Abi Thalib. Begini kisahnya, saya tau bahwa khalifah Ali bin Abi Thalib adalah sosok yang dikenal sangat cerdas di masa itu. Dia adalah pemimpin yang sangat mencintai ilmu. Dengan ilmu, ia berdakwah agar banyak orang yang terinspirasi dengan ilmu yang disampaikannya dan membuat mereka semakin dekat kepada Allah SWT. Apalagi pada saat beliau menjadi khalifah, ia sangat sering berpidato dengan menggunakan kalimat yang penuh dengan inspirasi. Salah satu kalimat yang pernah dilontarkannya adalah : “Orang yang berilmu adalah yang mengetahui bahwa apa yang diketahuinya masih sangat sedikit. Karena itulah ia menganggap dirinya bodoh. Oleh karena itu, bertambahlah kesungguhannya dalam mencari ilmu”. Luar biasa, ini sungguh sangat menginspirasi saya.

Juga, salah satu alasan yang membuat khalifah Ali bin Abi Thalib begitu pandainya merangkai kata-kata indah adalah karena dulunya beliau pernah tinggal di satu rumah bersama Rasulullah SAW. Subhanallah…saya terpaku dan sejenak saya berpikir bahwa orang yang hanya berjumpa dengan Rasulullah dalam waktu yang singkat saja sudah merasakan betapa indahnya kepribadian Rasulullah saw. Orang yang mendengar Rasulullah ceramah saja sudah mendapatkan motivasi dan inspirasi yang sangat menggugah. Orang tua buta yang dulunya pernah disuap makan oleh Rasulullah saja sudah merasakan begitu mulianya Rasulullah ketika merawatnya. Padahal, orang tua itu buta lho.. Nah, kira-kira apa yang didapatkan oleh Ali bin Abi Thalib yang pernah tinggal satu atap dengan Nabi Muhammad saw dalam waktu yang lama?

Inilah salah satu alasan yang membuat saya iri kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib. Saya percaya, pasti selama Ali bin Abi Thalib tinggal bersama Rasulullah saw, beliau telah menggali banyak ilmu dari Rasulullah. Pasti beliau telah mencatat banyak sekali ilmu-ilmu yang didapatkannya dari Rasulullah, lalu beliau sampaikan kepada orang lain melalui kajian ataupun pidato-pidatonya. Sehingga, karena sudah terbiasa mendengar kalimat-kalimat inspirasi yang diucapkan oleh Rasulullah, maka beliau pun menjadi tertular gaya bahasa dari Rasulullah SAW.

Disamping beliau telah mempelajari ilmu yang sangat banyak dari Rasulullah, beliau pun juga langsung merasakan bagaimana atmosfer kenabian di tempat tinggalnya. Allah swt berfirman dalam Al-qur’an bahwa Rasulullah saw merupakan suri teladan yang baik bagi umat manusia. Nah, berarti Ali bin Abi Thalib adalah orang ketiga setelah istri Rasulullah saw yang merasakan bagaimana indahnya islam, bagaimana baiknya akhlak Rasulullah, bagaimana rajinnya ibadah Rasulullah, bagaimana prinsip-prinsip kepemimpinan rasulullah, bagaimana bijaksananya keputusan-keputusan Rasulullah, dan sebagainya. Itulah sebabnya Khalifah Ali bin Abi Thalib saya jadikan salah satu tokoh inspirator yang harus dilirik.

Ternyata setelah saya mengetahui cerita singkat mengenai Ali bin Abi Thalib, saya mendapatkan kesimpulan bahwa Khalifah Ali bin Abi Thalib lebih memusatkan kegiatan dakwahnya agar umat islam bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Sebab, dengan ilmu lah umat islam akan menjadi generasi yang diangkat derajatnya oleh Allah swt. Sebagaimana dapat kita lihat firman Allah dalam Q.s Al-Mujadilah:11 yang artinya:“Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu (pengetahuan)beberapa derajat.” (Q.s Al-mujadilah:11)

Selain itu, ilmu yang didapat dari kisah Khalifah Ali bin Abi Thalib adalah kita dianjurkan untuk sering berteman dengan orang-orang yang berilmu. Sebab, apabila kita sering berkumpul dengan orang-orang yang cerdas, maka kita akan memiliki keinginan yang kuat untuk menjadi orang yang cerdas pula. Apabila seseorang yang telah memiliki keinginan yang kuat, biasanya akan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Sehingga, tidak perlu diawasi pun ia akan selalu berusaha meningkatkan kualitas dirinya menjadi orang yang cerdas. Nah, itu lah keuntungan terbesar bagi orang yang sering bergaul dengan orang-orang yang cerdas. Begitu pula apabila anda merasa iman anda masih kurang, maka bergaul lah dengan orang-orang yang beriman, maka anda akan cenderung untuk meningkatkan iman anda. Dan begitu seterusnya. Akan tetapi ini bukan berarti kita harus menjauhi teman-teman yang kurang baik, bila perlu kita dapat menjadi penuntun nya kejalan yang benar.

Oleh karena itu, mari kita gali sebanyak-banyaknya ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini agar kita menjadi orang yang terhormat. Salah satu caranya adalah dengan berkumpul dengan orang-orang yang mencintai ilmu. Ali bin Abi Thalib menggambarkan “kedudukan orang yang berilmu ibarat pohon yang berbuah. Orang-orang menunggu di bawah pohon yang berbuah untuk memungut buah yang jatuh dari pohon itu”. Nah, jika anda ingin mendapatkan buah ilmu, maka silahkan anda berada di bawah pohon ilmu (orang-orang yang berilmu). Jika anda hanya memungut satu buah ilmu dari pohon tersebut, maka anda akan mendapatkan satu ilmu saja. Jika itu adalah buah apel, maka saya masih merasa belum kenyang. Nah, Jadi agar kenyang, maka ambil lah sebanyak-banyaknya.

Satu lagi, buah yang enak biasanya berasal dari pohon yang subur kan? Kesuburan pohon pasti akibat dari pupuk yang diberikan secara rutin terhadap pohon tersebut. Pupuk yang saya maksudkan disini adalah agama. Sebab, senior fisika saya Albert Einstein pernah mengatakan bahwa “Orang yang berilmu tanpa agama seperti orang yang buta, sedangkan orang yang beragama tanpa memiliki ilmu ibarat orang pincang”. Jadi, pilihan terbaik diantaranya banyak pilihan orang-orang yang patut dijadikan teman bergaul adalah orang yang cerdas dan juga beriman. Sehingga, kita nantinya tidak seperti orang yang buta ataupun orang yang pincang. Orang buta, ketika berjalan tidak tahu kemana arah yang hendak dituju. Sehingga, bisa jadi ia salah jalan lalu tak sampai-sampai pada tujuan. Sedangkan orang yang pincang, jalan sih jalan. Tapi, jalannya memakan waktu yang sangat lama. Sehingga pada saat sampai tujuan, ia sudah didahului sama orang lain. Oleh karena itu, kita harus menjadi orang yang terhormat. Dan pada umumnya, orang yang terhormat adalah mereka yang ahli ilmu dan juga ahli ibadah.


Berhubungan dengan Kwartir Ranting dari Kecamatan Telanaipura mengadakan Kegiatan Lomba Pramuka Tingkat Sekolah Dasar (LT-SD), maka saya dan teman-teman saya termasuk M. Ali Jantan yang merupakan anggota dari Regu Rajawali ditugaskan untuk dapat mengikuti kegiatan tersebut selama 3 (tiga) hari berturut-turut. Saya yang di tugaskan sebagai “Pratama” dalam Regu Rajawali tentu saja memiliki tanggung jawab yang cukup besar dalam mengkoordinir teman-teman saya. Akan tetapi, berkat do’a dan usaha yang sungguh-sungguh dari saya dan anggota kelompok, kami berhasil mengikuti kegiatan tersebut hingga usai walaupun kami tidak menjadi Regu terbaik, tapi kami tidak pernah merasa berkecil hati dan putus asa karena kami telah berusaha semaksimal mungkin dan melakukan hal yang dapat kami lakukan.
Kami cukup bahagia ketika kami diberikan Piagam Penghargaan atas kontribusi kami selama kegiatan tersebut berlangsung.
Akhir dari Edukasi di Sekolah Dasar
Ternyata tidak terasa 6 (enam) tahun kami menimba ilmu di tempat yang sangat sederhana, berdinding papan, beralaskan bulian, dan bahkan bertiang batang-batang pepohonan, akan tetapi bagi saya tempat tersebut bagaikan surganya ilmu, itulah SDN 68/IV Kota Jambi tempat saya mencari ilmu dan berinteraksi.
Kini saatnya kami menfokuskan diri untuk menghadapi Ujian Nasional yang menyebabkan kami harus meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk yang akan mengganggu persiapan kami dalam menghadapi Ujian Nasional.
Setelah kami usai mengikuti Ujian Nasional, ini berarti kami tinggal menunggu saat-saat pengumuman kelulusan kami. Secarik kertas yang di tempel pada dinding berbahan papan pun diperlihatkan pada kami semua, ternyata itu merupakan kertas pengumuman apakah kami lulus atau tidak selama belajar di Sekolah Dasar. Kami berlari secara tergesa-gesa dengan perasaan yang tak pasti melihat pada secarik kertas dengan mata yang terpelotot,ternyata disana tertulis bahwa seluruh siswa/i SDN 68/IV dinyatakan lulus. Serentak ucapan Hamdalah pun terlontar dari setiap siswa/i. Tak lupa pula kami saling memberikan pesan-pesan satu sama lain dan kami memilih sekolah yang berbeda-beda dengan tujuan yang berbeda pula.
Masa-masa liburan merupakan waktu yang sangat ditunggu-tunggu oleh setiap insan pelajar, akan tetapi sungguh ironi jika teman sebaya saya M. Ali Jantan yang saat ini baru duduk di sekolah dasar sudah harus mencari nafkah untuk keluarganya. Ia sudah harus bekerja, menjual Koran-koran di setiap lampu lalu lintas, membersihkan mobil-mobil yang berhenti di setiap persimpangan jalan, dan bahkan membersihkan sepatu orang lain pun pernah ia lakukan hanya demi mendapatkan sesuap nasi bagi ia dan keluarganya. Untuk memasak, ibunya tidak pernah membeli rempah-rempah dan bumbu-bumbu dapur, karena Jantan selalu membawa bumbu dapur dan rempah-rempah setiap ia pulang dari bekerja, itu semua didapatnya dari hasil memungut di pasar, ia hanya mengambil bumbu dapur dan rempah yang sudah dibuang oleh pemiliknya, akan tetapi ia tidak pernah mengambil milik orang lain tanpa seizinnya, apalagi tanpa sepengetahuan pemiliknya. Memang, tempat berdomisili Jantan sangat dekat dengan pasar, karena itulah setiap sepulang sekolah, ia hanya mengganti pakaian dan langsung pergi kepasar untuk mencari nafkah. Kotor, kumuh, kecil, dan ramai mungkin itu lah penggambaran kondisi yang sangat sering ia temui setiap hari di tempatnya berdomisili. Sekali lagi, hal ini sungguh sebuah pemandangan yang ironi, bayangkan saja ia harus melakukan hal ini setiap hari dengan sendirian. Memang, seperti yang saya tahu bahwa ayahandanya tercinta telah tiada semenjak ia masih balita, karena itulah mau tidak mau ia harus menjadi tulang punggung keluarganya dalam mencari nafkah. Ternyata dibalik senyumnya selama ini tersimpan beban dan tugas yang sangat berat diembannya. Kami mengetahui hal ini setelah kami melihat dan datang langsung kerumahnya untuk bersilaturahmi, akan tetapi saat itu ia sedang tidak berada di rumah jadi kami hanya mengetahui kisah hidupnya dari curhatan ibunya. Sungguh, kami sangat kagum padanya akan sifatnya yang tegar, sabar dan tabah dalam menghadapi hidup ini. 

Belajar Ilmu Beladiri Pencak Silat
Untuk menghadapi jenjang pendidikan yang lebih tinggi, maka orang tua saya menginstruksikan saya untuk belajar dan memperdalam ilmu beladiri agar kelak saya dapat menjaga diri saya sendiri atau bahkan orang-orang sekitar saya dari berbagai tindak kriminal dan kekerasan, ini semua merupakan bagian dari pengalaman hidup ayah saya dulu yang suka merantau ke berbagai penjuru dunia. Ia juga berfikir bahwa suatu saat nanti saya yang seorang laki-laki pasti memiliki masalah, karena itulah perlunya suatu Ilmu Beladiri.
Persatuan Seni Beladiri Pencak Silat Buaya Putih, itulah nama Perguruan Silat yang saya ikuti, seorang Guru Silat yang merupakan teman dari ayah saya, mungkin inilah salah satu alasan mengapa orang tua saya memilih perguruan ini.

Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Menengah Pertama merupakan lanjutan dari Sekolah Dasar. Setelah saya mengenyam pendidikan di Sekolah Dasar selama 6 (Enam) Tahun, dan demi menjalankan aturan pemerintah dalam rangka wajib belajar selama 9 (Sembilan) tahun, maka saya di daftarkan di salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berada di Kel. Paal V Kec. Kota Baru Jambi, tepatnya di SMP Negeri 14 Kota Jambi.
Berhubungan dengan Sekolah baru ini, maka saya pun harus bersosialisasi dengan siswa lainnya karena saya hanyalah mahkluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain kapanpun dan dimanapun.

Orang tua saya tak henti-hentinya untuk memberikan segala yang terbaik bagi saya dengan memberikan pelajaran tambahan di bidang Bahasa Inggris karena mereka menyadari betapa pentingnya kemampuan berkomunikasi Bahasa Asing di Era yang Modern ini sehingga tak jarang saya di daftarkan guru-guru saya di perlombaan-perlombaan yang mengedepankan kemampuan Bahasa Ingris, seperti halnya ketika saya baru beberapa bulan di kelas VII (tujuh) SMP, saya telah di daftarkan di perlombaan Speech Contest yang diadakan oleh salah satu SMA Negeri di Jambi.
Begitu pula dengan prestasi belajar saya di kelas yangs semakin meningkat, pada semester I di kelas VII (Tujuh) saya mendapatkan predikat sebagai peringkat ke-2 (dua). Berhubungan dengan diadakannya perlombaan Speech oleh MEI English Course, maka saya pun memutuskan untuk ikut berpartisipasi demi mengasah kemampuan berpidato saya di muka umum yang diturunkan oleh ayah saya, sedangkan kemampuan dalam membaca puisi diturunkan oleh Ibu saya.

sedangkan ketika di kelas VIII (delapan) saya mendapatkan predikat sebagai rangking ke-1 sekaligus sebagai Juara Umum yang sangat amat membuat kedua orang tua saya bangga. Beberapa perlombaan yang saya ikuti diantaranya adalah Speech Contest yang diadakan Oleh salah satu SMK Swasta di Kota Jambi dan saya sangat bersyukur karena saya dapat menjadi juara ke-2 (dua) di tingkat Kota, bahkan kepala sekolah saya beserta seluruh jajarannya sepakat untuk mengundang salah satu penerbit media cetak (Koran) untuk mewawancarai saya yang hingga akhirnya untuk diterbitkan dan dipublikasikan.
Tak lama setelah itu, guru saya memberikan informasi bahwa telah dibuka perlombaan Speech Contest untuk tingkat provinsi yang diadakan oleh Universitas Negri Jambi yang bertempat di Balairung dan Aula Rektorat Lt.3. Lagi, saya sangat bersyukur karena untuk kesekian kalinya saya menjadi juara, di tingkat Provinsi ini saya dinobatkan menjadi juara ke-3 dan seperti biasanya saya mendapatkan Tabanas, Piagam, Trophy, Dan lain-lain.
 
Sekarang giliran guru Mata Pelajaran Sains saya yang menwarkan perlombaan, yaitu Olimpiade Sains Se-Sumbagsel. Pada awalnya saya sedikit ragu dan ingin menolak tawaran tersebut karena saya menyadari bahwa para pesaing-pesaing saya memiliki kualitas jauh di atas rata-rata, akan tetapi berkat dukungan dari orang tua dan para majelis guru akhirnya saya mengikuti olimpiade tersebut. Sungguh hasil yang tidak pernah saya bayangkan sebelumnya karena saya berhasil lolos masuk ke Semifinal keesokan harinya untuk berhadapan dengan semifinalis lain yang tak perlu ditanyakan lagi kemampuannya, hingga akhirnya saya pun harus rela cukup sampai di sini di ajang olimpiade Sains Se-Sumbagsel.
Atas prestasi-prestasi yang saya raih bagi sekolah, maka akhirnya sekolah sepakat untuk menobatkan saya sebagai Siswa Berprestasi Di SMP N 14 Kota Jambi. Penghargaan ini diberikan kepada saya dalam rangka Program “Donasi Jambi Ekspres untuk Pendidikan di Provinsi Jambi”. 
Pada akhirnya saya dinyatakan Lulus dari SMP N 14 Kota Jambi dengan hasil yang sangat amat memuaskan.
Ksatria Penakluk Malas

Di buku LKS Fisika SMP kelas IX saya menemukan tulisan yang cukup menarik, yaitu :
“Malas adalah kebiasaan berhenti sebelum letih” 
Oleh karena itu, Kali ini saya akan membahas sedikit mengenai malas. Tulisan ini dibuat karena terinspirasi dari salah satu media sosial yaitu facebook yang selalu menawarkan banyak efek positif dan efek negatif.

Sebenarnya pertanyaan ini walaupun ditanya oleh Tantowi Yahya di acara “who wants to be a millionaire” pun tidak akan ada opsi jawaban yang berhasil membuat orang yang bertanya tidak malas lagi. Yaa… berarti yang berhak menjawab pertanyaan ini adalah diri kita sendiri. Karena kita adalah pemimpin. Kitalah yang memimpin diri kita. Bukan orang lain. Kitalah penyebab diri kita malas, dan kita pula lah penyebab diri kita tidak malas. Cara terbaik agar kita tidak malas adalah dengan memunculkan motivasi dalam diri kita. Motivasi muncul dari 2 gerbang utama. Gerbang Pertama adalah dari diri sendiri (instrinsik), sedangkan yang kedua adalah dari lingkungan kita (Ekstrinsik).

Motivasi dari dalam Diri Sendiri
Menurut pandangan kacamata saya selama ini, orang yang hidupnya ceria, berwarna, selalu gembira, humoris, mudah tertawa (bukan mudah ditertawakan), periang, lincah, gesit, dan irit pasti selalu tampak semangat. Sehingga, ketika muncul masalah mereka dapat menanggapinya dengan santai dan tidak panik. Ketika ada tugas, mereka tidak menganggap bahwa itu suatu beban yang membuatnya terhalang untuk maju. Itulah kekuatan motivasi instrinsik. Sebagai contoh : suatu hari disaat kita sedang berjalan-jalan di sebuah lorong. Ternyata ada anjing yang sangat galak dan ternyata kita dikejarnya. Kira-kira apa yang membuat kita termotivasi untuk sprint dengan anjing tersebut? Apakah pada saat itu ada motivator yang lewat lalu menyemangati kita? “Sahabat saya yang super, jadilah pelari yang ulung, maka anda menjadi seorang pemenang“ Atau pada saat itu banyak fans yang memberikan support kepada kita agar kita berlari dengan cepat? Jawabannya adalah TIDAK. Tetapi, semangat itu muncul dari dalam diri kita sendiri. Nah, kekuatan inilah yang harus kita aktifkan. Caranya, kita harus hidup dengan gembira, ceria, senang, penuh canda tawa. Sehingga, masalah pun bisa menjadi bagian dari kebahagiaan apabila hidup bahagia. Aktifkan tombol semangat yang ada pada diri kita ketika merasakan suasana malas. Bayangkan deadline tugas yang belum dikerjakan itu ibarat anjing yang mengejar kita. Jika tidak menyelesaikannya, maka  kemungkinan-kemungkinan terburuk lah yang akan terjadi.

Kesimpulannya, agar kita tidak malas kita harus melawan diri diri kita. Buktikan pada diri kita bahwa kita mampu mengalahkan diri kita. Ketahuilah! Jika kita menyelesaikan tugas dengan cepat, berarti kita telah memanfaatkan rentang waktu hidup kita yang seharusnya digunakan untuk menyelesaikan 1 tugas namun karena kita bergerak lebih cepat, maka kita dapat memanfaatkan waktu yang berlebih tersebut dengan kegiatan yang lebih produktif lainnya.

Motivasi dari Lingkungan Sekitar
Banyak sekali benda di alam ini yang mampu menjadi motivator bagi kehidupan. Sebagai contoh; pada suatu malam disaat listrik padam di sebuah rumah yang gelap, tak ada satupun yang dapat kita lihat. tiba-tiba ada seorang ibu yang membawakan lilin. Sehingga, ruangan pun menjadi terang. Nah,. Kita dapat mengambil pelajaran disana bahwa jika kita merasa bahwa segala yang disekitar kita gelap dan pekat (penuh masalah), tidak kah kita curiga bahwa kita lah yang dikirim oleh Allah untuk menjadi cahaya bagi mereka? Oleh karena itu, kita dituntut untuk berhenti mengeluh dalam kegelapan tersebut. Sebab, sinarmu lah yang sedang mereka nantikan, maka berkilaulah!

Contoh lain; mengapa setelah kita menonton film tiba-tiba muncul keinginan untuk berubah dan menjadi semangat untuk menjadi orang yang sukses? Atau, mengapa kita tiba-tiba menjadi semangat untuk beribadah setelah mendengar lantunan nasyid? Atau, mengapa setelah nonton film sibuta dari gua hantu, kita pun jadi pengeeennnn jadi si buta dari gua hantu? nah, itulah yang dinamakan dengan motivasi yang muncul dari lingkungan kita atau motivasi ekstrinsik. Oleh karena itu, karena kita sudah tau bahwa obat agar tidak malas adalah harus memiliki semangat dan motivasi yang tinggi, maka kita dapat bersahabat dengan teman yang pintar, rajin, ulet, cerdas, tangkas, semangat & full motivation agar menjadi semangat untuk bisa melebihinya. Selain dari itu, kita juga bisa sambil mendengarkan musik yang berirama semangat ketika menyelesaikan tugas. Atau, kita juga bisa mengoleksi film-film yang sekiranya mampu memberikan motivasi  pada kita untuk bergerak lebih cepat dan cerdas.

Kesimpulannya, siapa teman kita, apa yang kita lihat, apa yang kita dengar, dan apa yang kita rasa ternyata berpengaruh besar pada kehidupan kita. Oleh karena itu, agar kita tidak menjadi malas, maka kita harus memastikan bahwa lingkungan kita tidak menjadikan kita memiliki gelar ksatria PEMALAS, namun jadilah ksatria penakluk malas.

Sekolah Menengah Atas
SMA N 6 Kota Jambi, itulah sekolah lanjutan yang saya pilih, tidak terlalu sulit untuk berinteraksi karena mayoritas adalah teman-teman saya dahulu yang bersekolah di SMP N 14. Pada awal saya masuk ke SMA, saya sudah di tawarkan perlombaan Speech Contest dan spelling bee tingkat Kota antar SMA Se-Kota Jambi. berkat kemampuan dan pengalaman saya, akhirnya saya berhasil mendapatkan predikat sebagai juara ke-2 pada perlombaan speech dan juara ke-1 untuk perlombaan spelling bee.
 
Tidak lama kemudian, tawaran untuk mengikuti berbagai macam kegiatan pun satu per-satu menghampiri saya. Kegiatan Pembinaan Mental Pelajar SMA/SMK Tingkat Kota Jambi Tahun 2013 yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan merupakan salah satu dari kegiatan yang saya ikuti ketika di awal Sekolah Menengah Pertama ini.
Setelah itu, sekolah memberikan kepercayaan kepada saya untuk mengikuti Kegiatan Penyuluhan Anti Narkoba Bagi Generasi Muda pada tingkat kota dan saya diberikan penghargaan sebagai Kader Muda Terbaik. Bahkan saat itu saya diberikan kesempatan untuk membacakan do’a di depan Wakil Walikota Jambi dalam pembukaan kegiatan tersebut dan mendapatkan ucapan selamat darinya serta jajarannya yang lain. Akan tetapi saya cukup kecewa karena sampai saat ini saya belum juga menerima piagam yang mereka Janjikan, saya hanya mendapakan Tabanas saja. Tentu saja setiap hari saya menunggu dan menunggu sambil menanti keajaiban yang menghampiri.
 


Tidak cukup sampai di situ saja karena untuk kedepannya ada beberapa perlombaan yang sudah menunggu saya seperti Lomba Menulis dalam rangka Hari Kartini, Lomba Cerdas Cermat Tentang Narkoba, dan bahkan tidak lama ini saya di tawarkan oleh AFS YES untuk mengikuti seleksi Program Beasiswa ke Luar Negeri selama satu tahun penuh, tentu saja saya sangat tertarik dan antusias, tetapi permasalahannya adalah kedua orang tua saya masih harus memikirkan hal tersebut kembali, karena mereka tidak ingin saya tertinggal satu tahun bersekolah di SMA dikarenakan Beasiswa tersebut. 

1 komentar: