Budaya Jambi

MASJID AGUNG AL-FALAH JAMBI

Oleh: ISMAIL HARDI PERDANA BB

MUHAMMAD FAISAL

RAHMAT ZAKARIA

SATRIA SAPUTRA

Pembina: KHAIRUMAN S.Pd

SMA NEGERI 6 KOTA JAMBI

TAHUN AJARAN 2013/2014

Kata Pengantar

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan pertolonganNya kami dapat menyelesaiakan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul ‘MASJID AGUNG AL- FALAH JAMBI’. Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami alami dalam proses pengerjaannya, tapi kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.

Tak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Guru pembimbing yang telah membantu kami dalam mengerjakan Karya Tulis Ilmiah ini. Kami juga mengucapkan terimakasih kepada teman-teman yang juga sudah memberi kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga Karya Tulis Ilmiah yang kami buat ini dapat membantu kita untuk mencapai kehidupan yang lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Jambi,17 Februari 2014

penulis,

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................i

DAFTAR ISI........................................................................................................................ii-iii

BAB I

Pendahuluan...............................................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.......................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1

1.3 Tujuan Penulisan

1.3.1 Tujuan Bagi Penulis..........................................................................................................2

1.4 Manfaat Penulisan................................................................................................................2

1.4.1 Bagi Diri Sendiri...............................................................................................................2

1.4.2 Bagi Orang Lain................................................................................................................2

1.5 metode.................................................................................................................................2

Bab II

pembahasan...............................................................................................................................3

2.1 sejarah masjid agung al-falah jambi.....................................................................................3

2.2 arsitektural masjid agung al-falah jambi..............................................................................4

2.3 pra aksara berdirinya masjid agung al-falah jambi...........................................................4-5

2.4 proses pembangunan masjid............................................................................................5-9

2.5 pemberian nama masjid..................................................................................................9-10

2.6 masjid seribu tiang.............................................................................................................10

2.7 kegiatan ta’mirul masjid.....................................................................................................10

2.7.1 kegiatan harian................................................................................................................10

2.7.2 kegiatan mingguan..........................................................................................................11

2.7.3 kegiatan bulanan..............................................................................................................11

2.7.4 kegiatan tahunan..............................................................................................................11

2.8 manajemen dan pengembangan masjid..............................................................................11

2.8.1 kepengurusan.............................................................................................................11-12

2.8.2 imam besar dan imam harian.....................................................................................12-13

2.8.3 renovasi dan usaha pengembangan............................................................................13-14

BAB III

PENUTUP...............................................................................................................................15

3.1 kesimpulan.........................................................................................................................15

3.2 saran...................................................................................................................................15

3.3 daftar pustaka.....................................................................................................................16

iii

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang Masalah

Melihat semakin tumbuh dan berkembangnya keberadaan Masjid di Provinsi Jambi mengidentifikasikan bahwa masyarakat Jambi yang mayoritas muslim sangat memerlukan peningkatan pembangunan sarana peribadatan, dimana masjid selain berfungsi sebagai tempat sholat dapat pula berfungsi sebagai pusat bagi peningkatan untuk mempertebal rasa ukhuwah basyariyyah dan wathoniyyah sesuai dengan kato adat Melayu Negeri Sepucuk Jambi sembilan lurah yang mengatokan “Adat bersendikan Syara’, syara’ bersendikan Kitabullah, Syara’ mengato, adat memakai”. Dengan demikian masyarakat Jambi dapat dengan lebih khusu’ untuk menjalankan kewajiban terutama dalam melaksanakan Sholat menjalankan syi’ar agama. Menimba ilmu pengetahuan dan sebagainya yang bermanfaat pada kehidupan duniawi dan ukhrawi sekaligus sebagai kemasyhuran masyarakat Jambi.

Dengan demikian berarti kita sangat membutuhkan adanya masjid induk sebagai sentral manajemen dimana masjid bukan hanya sebagai sarana tempat ibadah umat islam, akan tetapi lebih dari itu adalah dalam rangka tafaqquh fiddin dan sebagai Ma’had da’wah islamiyah secara konprehensip dalam pencapaian taqarrub ilallah.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimanakah sejarah, proses pembangunan, dan perkembangan Masjid Agung Al-Falah Jambi?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Bagi Penulis

Agar dapat memenuhi kewajiban sebagai siswa yang baik dengan menyelesaikan penelitian sejarah tentang Masjid Agung Al-Falah Jambi dan memuatnya dalam bentuk karya tulis yang sistematis.

1.3.2 Tujuan Bagi Pembaca

Untuk mengetahui sejarah Masjid Agung Al-Falah Jambi dan memperkenalkan kepada semua lapisan masyarakat di Jambi bahwa tempat tersebut merupakan warisan budaya yang harus di lestarikan agar tidak terlupakan dan rusak karena perkembangan zaman.

Agar para pembaca lebih mengetahui keadaan Masjid, dan dapat lebih memiliki pengetahuan yang lebih tentang bagaimana keadaan Masjid Agung Al-Falah dan fasilitas-fasilitasnya sebagai tempat untuk beribadah.

1.4 Manfaat

1.4.1 Bagi Penulis

Agar dapat memenuhi kewajiban sebagai siswa yang baik dengan menyelesaikan penelitian sejarah tentang Masjid Agung Al-Falah Jambi dan memuatnya dalam bentuk karya tulis yang sistematis.

1.4.2 Bagi Pembaca

a) Memberi informasi kepada masyarakat umum tentang tempat ibadah yang memiliki nilai sejarah dan sebagai informasi objek wisata religius seperti Masjid Sunan Ampel.

b) Menambah pengetahuan tentang tempat berwisata sekaligus beribadah.

c) Agar lebih mengetahui manfaat dari masjid untuk masyarakat sekitar.

d) Agar dapat mengetahui perkembangan masjid Agung Al-Falah Jambi.

e) Agar lebih mengetahui sejarah,manfaat dan seluk beluk masjid Agung Al-Falah Jambi.

1.5. Metode

a) Literatur

Dengan metode literatur, data diperoleh melalui media elektronik dan dari selembaran Sekilas Sejarah yang di berikan oleh Narasumber ketika berkunjung ke tempat sejarah tersebut. Dari data tersebut kami kembangkan, namun tidak mengubah inti dan kebenarannya.

b) Wawancara

Dengan metode wawancara, data di peroleh dari narasumber yang dapat dipercaya dengan tempat sejarah yang melalui paparannya dan sesi tanya jawab antara penanya dengan narasumber. Adapun nama narasumber yang saya maksud adalah M. Zubir S.PdI Beliau merupakan salah seorang marbot di Masjid Agung Al-Falah Jambi. Dari paparan beliau kami kembangkan, namun tidak lepas dari apa yang beliau sampaikan.

BAB II

Pembahasan

2.1 Sejarah Masjid Agung Al-Falah Jambi

Tanah lokasi di mana Masjid Agung ini berdiri, dulunya merupakan pusat kerajaan Melayu Jambi. Namun pada tahun 1885 dikuasai penjajah Belanda dan dijadikan pusat pemerintahan dan benteng Belanda. Hal tersebut sejalan dengan penjelasan sejarawan Jambi, Junaidi T Nur, bahwa Mesjid Agung Al falah ini berdiri di lahan bekas Istana Tanah Pilih dari Sultan Thaha Syaifudin.

Pada tahun 1858, Saat terpilih menjadi sultan di kesultanan Jambi, Sultan Thaha Syaifudin membatalkan semua perjanjian yang dibuat Belanda dengan mendiang ayahandanya, karena perjanjian tersebut sangat merugikan kesultanan Jambi. Saat itu, Balanda sangat marah dan mengancam akan menyerang Istana.

Namun Sultan Thaha justru lebih dulu menyerang pos Belanda di daerah Kumpe. Pasukan Belanda melakukan serangan balasan dan membumi hanguskan komplek Istana Tanah Pilih. Tahun 1906 lokasi bekas istana sultan tersebut dijadikan asrama tentara Belanda yang digunakan sebagai tempat pemerintahan Keresidenan. Di era kemerdekaan sampai tahun 1970an lokasi tersebut masih difungsikan sebagai asrama TNI di Jambi.

Pada awalnya gagasan pembangunan Masjid Agung sudah mengemuka tahun 1960-an oleh pemerintah Jambi, beserta tokoh tokoh Islam Jambi. Namun, proses pembangunan masjid baru dimulai tahun 1971. Para alim ulama dan tokoh tokoh Jambi diantaranya M.O. Bafaddal, H Hanafi, Nurdin Hamzah, dan gubernur saat itu (Tambunan atau Nur Admadibrata ) Sepakat untuk membangun masjid agung di lokasi tersebut dan dan merelokasi asrama TNI. Salah satu alasan kenapa masjid yang dibangun di lokasi bersejarah tersebut adalah mengacu pada lambang Jambi yang terdapat gambar Masjid. Masjid Agung Al-falah kota Jambi diresmikan penggunaannya oleh presiden Soeharto pada tanggal 29 September 1980.

Masjid kebanggaan warga Jambi ini berdiri diatas lahan seluas lebih dari 26.890 M2 atau lebih dari 2,7 Hektar, sedangkan luas bangunan masjid adalah 6.400 M2 dengan ukuran 80m x 80m, dan mampu menampung 10 ribu jamaah sekaligus. Sedari awal bangunan Masjid Agung hingga sekarang tetap dipertahankan sesuai bentuk awalnya. Kalaupun ada renovasi hanya penambahan ukiran pada mihrab imam, tanpa merombak bentuk awal Masjid. dan mengganti pembungkus tiang pada tahun 2008.

2.2 Arsitektural Masjid Agung Al-Falah Jambi

Masjid agung Al-Falah kota Jambi dibangun lengkap dengan kubah besar dan menara yang menjulang. Keseluruhan bangunan masjid menggunakan material beton bertulang. Bila dipandang sepintas lalu, jejeran tiang tiang masjid berwarna putih yang ramping di masjid ini memiliki kemiripan dengan tiang tiang masjid agung kota Roma, Italia yang dibangun jauh lebih belakangan dibanding dengan masjid Al-Falah di Jambi ini.

Jejeran ratusan tiang di masjid Al-Falah ini terbagi dua bentuk. Bentuk pertama merupakan tiang tiang lansing bewarna putih dengan tiga sulur ke atas menyanggah sekeliling atap masjid sebelah luar. Dan bentuk tiang kedua berupa tiang tiang silinder berbalut tembaga menopang struktur kubah di area tengah bangunan masjid. penggunaan material tembaga untuk menutup tiang tiang silinder ini memberikan kesan antik namun megah pada interior masjid Al-Falah.

Di rancang sebagai bangunan terbuka tanpa pintu dan jendela, benar benar sejalan dengan nama masjid ini. Al-Falah dalam bahasa arab bila di Indonesiakan menjadi Kemenangan, menang bermakna memiliki kebebasan tanpa kungkungan, mungkin filosofi itu juga yang menjadi dasar dibangunnya masjid ini dengan konsep terbuka. Agar muslim manapun bebas masuk dan melaksanakan ibadah di masjid ini.

Sementara bagian dalam kubah di hias dengan ornamen garis garis simetris mirip dengan garis garis lintang dan garis bujur bola bumi. Ring besar di bawah kubah di hias dengan lukisan kaligrafi Al-Qur’an bewarna emas. Sebuah lampu gantung berukuran sangat besar berbahan tembaga memperindah tampilan ruang di bawah kubah.

2.3 Prakarsa Berdirinya Masjid Agung Al-Falah Jambi

Ide perencanaan program pembangunan masjid provinsi ini telah dimulai pada tahun 1960-an oleh pemerintah dan dari beberapa pemikiran tokoh-tokoh agama,tokoh adat,tokoh masyarakat jambi yang bertujuan untuk meningkatkan syi’ar islam, disamping akibat peningkatan jumlah penduduk juga untuk mempremudah umat dalam menjalankan ibadah.

Dari pendapat yang timbul untuk mencari berbagai solusi terbaik termasuk lokasi, pendanaan dan sebagainya,maka pada tahun 1971 program pembangunan masjid provinsi ini baru dapat dimulai. Pembangunan masjid ini diprakarsai oleh Drs. H. Abdurrahman Sayoeti,sekretaris Daerah Provinsi Jambi ketika itu Dan dengan di dukung oleh sejumlah tokoh ulama, pejabat pemerintah dan tokoh masyarakat jambi sepakat akan mendirikan sebuah masjid provinsi yang nantinya akan menjadi simbol kemashyuran masyarakat jambi.para tokoh tersebut antara lain:

1. Prof. Syekh H.M.O. Bafadhal

2. Prof.DR H. Chatib Quzuwain

3. Prof.DR.H. Sulaiman Abdullah 4

4. Tuan Guru H.Abdul Kadir Ibrahim

5. Tuan Guru H.Saman Muhi

6. Tuan Guru H. Nurdin Abdul Ghani

7. Tuan Guru H. Daud (Al Hafizh)

8. Tuan Guru H. M.Jadawie

9. Tuan Guru HM.Yusuf Dahli

10. Tuan Guru H.M.Zuhdito

11. Tuan Guru H.Said Magwie

12. DRS.H.Hasyip Kalimuddin Syam

13. Tuan Guru H.Madjid Ghaffar

14. H.Abdurahman Sayuti

15. Tuan Guru H.Abdul Kadir Aripin

Usulan pembangunan majid ini di sampaikan kepada gubernur KDH Tingkat 1 Provins Jambi Bapak RM.Noer Atmadibrata sekaligus dimohon kepada beliau dapat meminta kembali “tanah yang bersejarah”,yaitu tanah pilih kesultanan jambi yang pada tahun 1885 dikuasai oleh belanda agar dijadikan lokasi pembangunan Masjid provinsi. Tanah tersebut pernah di jadikan pusat pemerintahan belanda (benteng belanda).setelah kemerdekaan republik indonesia dari penjajahan belanda lokasi benteng tersebut dikuasai oleh pihak korem 042 / Gapu.Selanjutnya Gubernur melalui sekretaris Daerah Menghubungi Panglima Kodam 2 Sriwijaya di palembang untuk meminta kembali tanah tersebut sebagai lokasi Pembangunan Masjid.usaha ini membuahkan hasil dengan disepakati dan dikembalikan tanah tersebut kepada pemerintah Daerah Provinsi Jambi yang dulunya milik pemerintah Kerajaan Melayu Jambi.(sumber,DRS. H.Hasyip Kalimuddin Syam)

2.4 Proses Pembangunan Masjid

Proses pembangunan masjid ini mengalami berbagai tahapan

1.Tahap pertama,Kontrak pengerjaan dilaksanakan pada tanggal 6 januari 1971

Dana : RP. 30.600.000 (APBD) Provinsi Jambi

Pekerjaan: -pembersihan lapangan/lokasi dan sebagainya

-Pagar proyek/lokasi keliling

-pondasi bangunan induk sampai blok slop

2. Tahap kedua,kontrak tanggal 27 Maret 1971 5

Dana : RP.35.395.000 (APBD) Provinsi Jambi

Pekerjaan: -pagar pintu

-steger

-plesteran

-beton

-saluran air

3.Tahap Ketiga,Kontrak tanggal 1 juli 1971

Dana :RP.38.111.500 (APBD) Provinsi Jambi

Pekerjaan:Turap beton, beserta stiger dan bakisting

4.Tahap keempat,kontrak tanggal 20 nopember 1971

Dana :RP.33.668.401,02 (APBD) Provinsi Jambi

Pekerjaan: -instalasi listrik bagian dalam kubah dengan 540 mata lampu

-penutp bola kristal 48 buah

-penangkal petir

-cat bagian dalam kubah seluas 5.447,60 M2

5.Tahap kelima, Kontrak tanggal 7 april 1972

Dana : RP.35.700.000,- (APBD)

Pekerjaan: -64 unit Payung beton

6.Tahap Keenam,kontrak tanggal 26 desember 1972

Dana :RP.53.900.000,- (APBD)

Pekerjaan: -32 unit payung beton

-Delatasi dan sebagian pembuatan saluran air hujan

7.Tahap Ketujuh,Kontrak tanggal 18 Mei 1975

Dana : RP.39.000.000,- (APBD)

Pekerjaan: -Sebagian lantai/plint Tralux ukuran 40x40 cm=1.375 m2

-Dinding Mihrab 6

8. Tahap Kedelapan,Kontrak tanggal 15 agustus 1976

Dana : RP.98.000.000,- (APBD)

Pekerjaan: -48 Unit Payung Beton

-urugan tanah di bawah Kubah dan unit payung

-pasangan batu bata dinding kolam keliling bangunan

9. Tahap kesembilan,kontrak tanggal 18 september 1976

Dana : RP.50.000.000,-(Banpres RI)

Pekerjaan: -kaca mosaik pada lobang lengkung kubah dan bawah lufiel

Kubah dengan atas payung

-sebagian lantai Tralux x410 M2.

-Dinding rooster beton

-tempat wudhu

10. Tahap kesepuluh,kontrak tanggal 15 nopember 1976

Dana : RP.69.769.000,-(APBD)

Pekerjaan: -urugan pasir di bawah tegel tralux

-lantai tegel tralux ukuran 40x40cm = 3.070 M2

11. Tahap kesebelas,kontrak tanggal 15 juni 1977

Dana : RP.20.231.000,- (APBD)

Pekerjaan: -pengukuran lapangan

-biaya administrasi

-panel listrik

-plesteran dinding kolam

-pasangan dinding porselen untuk kolam warna biru muda

-pembuatan jembatan beton di atas kolam air

-pembuatan pagar bagian muka masjid;289,70 M

12.Tahap keduabelas,kontrak tanggal 20 mei 1978

Dana : RP.48.364.000,-(APBD)

Pekerjaan: -pagar tembok

-pasangan batu bata penahan tanah

-travo listrik

-instalasi lampu-lampu taman

-air mancur

-pembersihan lapangan dan perataan tanah

13. Tahap ketigabelas,kontrak tanggal 25 juli 1978

Dana : RP.101.635.000,-(APBD)

Pekerjaan: -kupasan tanah halaman

-jembatan penghubung

-jalan setapak beton

-beton lengkung

-plaza

-jalan setapak sekitar taman

-rumput/pertamanan

-Drainage/tangga masuk

-finishing

14.Tahap ke empat belas,kontrak tanggal 17 september 1979

Dana : RP.37.790.000,-(APBD)

Pekerjaan: -prasasti

-Nama masjid dengan hurup stainles stel

-Cat kolam keliling warna biru

-Pemindahan tiang-tiang pada halaman

-Entrance dengan lantai super bata 8

Di samping tahapan di atas secara terpisah telah selesai pula pembangunan gedung Islamic Senter pada anggaran 1974/1975 denga biaya sebesar Rp.55.000.000,- yang terdiri dari Banpres RI sebesar Rp.50.000.000,- dan ditambah dengan Anggaran Pemerintah Daerah Tingkat I Jambi dan juga dibangunnya sebuah menara yang selesai pembangunannya pada tahun anggaran 1976/1977 denagn ukuran:

Tinggi : 38,50 M.

Dana : Rp.25.000.000,-

Sumber dana Sumbangan dari PT. Waskita Karya

Tahap penyempurnaan tahun 1980/1981:

Dana : Rp.10.000.000,-

Pekerjaan : - Pembuatan 1 Buah Rumah Jaga

- Pembuatan tempat wudhu’, dan WC Wanita

Mengingat tahap Pelaksanaan Pembangunan Masjid sudah dianggap selesai untuk bisa dimanfaatkan, maka Gubernur Jambi H. Maschun Syofwan, SH berusaha dan meminta kesediaan Presiden RI berkunjung ke Jambi untuk meresmikannya, maka pada tanggal 29 September 1980 Presiden Soeharto meresmikan Pemakaian Masjid yang diberi nama “Masjid Agung Jambi” yang menelan biaya keseluruhannya ketika itu berjumlah Rp 743.139.991,02. Sejak saat itu Pemerintah dan masyarakat Jambi resmi memiliki sebuah masjid megah yang bernama Masjid Agung Al-Falah Jambi berdiri diatas tanah seluas ± 26.890 M2 atau ± 2,7 Ha. Luas banguanan masjid 80 x 80 M = 64.400 M2 dengan kapasitas daya tampung ± 10.000 orang jamaah.

2.5 Pemberian Nama Masjid

Setiap sesuatu yang telah dibangun diperlukan suatu nama sebagai identitas yang sifatnya spesifik melambangkan berbagai keunggulan dan kelebihan. Oleh karena itu sebuah Masjid perlu diberi nama, dimana para ulama penggagas berdirinya masjid ini yang tercantum pada Bab sebelumnya, menginginkan memberi nana masjid ini dengan sebutan Masjid Agung Al-Falah Jambi, walaupun semula banyak nama alternatif yang timbul, namun para Ulama sepakat untuk tidak meinggalkan sebutan Al-Falah yang berarti kemenangan, oleh karena itu pemberian nama masjid ini memiliki makna antara lain :

1.Pada sisi Islami, bahwa Al-Falah berarti kemenangan, yang memberikan pengertian kehidupan manusia di dunia ini harus memperoleh kemenangan dengan mempertebal keimanan, ketaqwaan dan dengan menjalankan berbagai aktifitas yang dikemas dengan baik dalam amal maupun ibadah.

2.Dari segi sejarah, mengingaat pula bahwa lokasi dibangunnya masjid ini adalah Tanah Pilih Peseko Betuah, yaitu tanah mulik kerajaan melayu Jambi pada tahun 1885 dikuasai oleh Pemerintah Belanda (Benteng Belanda), namun dengan perjuangan yang gigih, akhirnya lokasi ini dapat dikuasai oleh Pemerintah Melayu Jambi, yang artinya bahwa Jambi telah menang dalam perjuangan melawan Belanda, yang kemudian dilokasi tanag Benteng ini sebagai tanah pilihan dijadiakan lokasi pembangunan masjid mengah dan agung, oleh karena itu maka masjid ini di beri nama Masjid Agung Al-Falah Jambi.

2.6 Masjid Seribu Tiang

Masjid Agung Al-Falah Jambi sebagai simbol kemasyhuran masyarkat Jambi di kenal dengan julukan Masjid 1000 tiang, karena masjid ini dibangun dengan kontruksi tahan gempa dan memiliki 232 buah tiang penyangga atap dan kubah. Masjid Agung Al-Falah Jambi juga memiliki nuansa dan keunikan tersendiri, karena banyaknya tiang penyangga masjid in di juluki “Masjid 1000 Tiang” juga tidak berdinding kecuali bagian barat dan mihrab yang dihiasi dengan ornamen kaligrafi ayat-ayat Al-Quran, nama Allah, nama Nabi Munhammad SAW dan Khulafaur Rasyidin serta tidak menggunakan AC (pendingin ruangan) yang dilengkapi dengan sebuah bedug yang terletak di bagian depan masjid.Dengan demikian maka pengertian seribu tiang di sini hanya untuk menggambarkan bilangan yang banyak. Bukan berarti jumlahnya 1000, tetapi hanya 232 buah.

2.7 Kegiatan Ta’mirul Masjid

Usaha Ta’mirul masjid (memakmurkan masjid) tentunya saraf dengan berbagai aktifitas atau ibadah yag melekat didalamnya melalui berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan. Antara lain :

2.7.1 Kegiatan Harian

1.Shalat maktubah dan nafilah, baik karyawan, remaja asjid, pelajar, masyarakat, dan sebagainya.

2.Ceramah-ceramah.

3.Pelayanan bagi masyarakat yang mau melaksanakan Akad Nikah (insidentil).

4.Pelayanan bagi masyarakat yang baru masuk Islam (insidentil).

5.Bimbingan tempat manasik haji dan umrah.

6.Pengajian setiap hari.

7.Pendidikan bagi anak-anak TK, SD, dan SMP Yayasan Al-Falah.

2.7.2 Kegiatan Mingguan

1.Shalat Jumat yang di siarkan langsung oleh RRI dan TVRI

2.Pengajian Majelis Talim, BKMT, dan Pengajian Alhidayah serta Forsap.

2.7.3 Kegiatan Bulanan

1.Pengajian Al Quran bagi ramaja pada setiap bulan.

2.Tablig dan tausiah setiap bulan.

3.Pengajian masyarakat intelektual.

2.7.4 Kegiatan Tahunan

1. Menyambut Tahun baru Hijriah

2. Peringatan Isra’ Mi’raj

3. Peringatan Maulid Nabi

4. Peringatan Nuzulul Qur’an

5. Sholat Tarawih dengan Imam Tahfiz 30 Juz setiap bulan Ramadhan

6. Tadarus Al-Qur’an oleh IPQAH Provinsi Jambi yang disiarkan langsung oleh RRI

7. Buka Puasa bersama pada bulan Ramadhan

8. Sholat I’dain (Idul Fitri & Idul Adha)

9. Menyelenggarakan penyembelihan Hewan Qurban pada Idul Adha dengan kegiatan :

A. Menerima Hewan Qurban dari unsur Muspida, Para Pejabat dan Masyarakat lainnya

B. Menyembelih Hewan Qurban dan mendistribusikannya pada kaum Dhu’afa

10. Mengumpulkan dan mendistribusikan Zakat Infaq dan Shadaqah melalui BAZIS Masjid Agung Al-Falah Jambi

11. Mencetak buku himpunan Khutbah Jum’at

2.8 Manajemen Dan Pengembangan Masjid

2.8.1 Kepengurusan

Kepengurusan Masjid Agung Al-Falah Jambi diketuai oleh seorang ketua umum, yaitu Sekretaris Daerah Provinsi Jambi, seorang wakil ketua, (Kakanwil Departemen Agama Provinsi Jambi) dengan Sekretaris umum Kepala Biro Kesejahteraan Sosial Setda Provinsi Jambi, seorang wakil Sekretaris, Bendahara dan dilengkapi dengan beberapa bidang antara lain : 11

a. Bidang Peribadatan dan PHBI

b. Bidang Pembinaan masyarakat dan wanita

c. Bidang Pembinaan Pemuda

d. Bidang Pembangunan dan Pengembangan

e. Bidang Pemeliharaan, Keamanan, dan Kebersihan

Kepengurusan Masjid Agung Al-Falah Jambi bertugas antara lain mengkoordinasikan dan mengatur pelaksanaan setiap kegiatan ibadah dan dakwah di masjid agung Al-Falah jambi, serta mengelola kebersihan, menjaga keamanan masjid dan bertanggung jawab kepada Gubernur Jambi, mengingat diangkatnya seseorang menjadi pengurus masjid Agung Al-Falah Jambi berdasarkan dengan surat keputusan Gubernur Jambi.

2.8.2 Imam Besar, Imam Harian

Adapun para imam yang pernah ditunjuk dan bertugas di Masjid Agung Al-Falah Jambi dari tahun 1980 sejak diresmikan sampai saat ini antara lain adalah :

1.Prof. Syekh HMO Bafadhal

2.Bkhtiar Effendi

3.Drs. HM. Amin Chudori

4.Drs. HM. Haviz Dahroni, MA

5.Drs. HA.Somad Yusuf

6.Drs. Nawawi Husin

7.Drs. HM. Syu’ib Kardi

8.H. Solahuddin Taher

9.H. Hasan Basri, S.Ag

10.M. Ridwan Jalil S.Ag

11.M. Zubir, S.PdI

Para imam tersebut bertugas pada Sholat setiap waktu, Sholat Jum’at juga Sholat Tarawih pada bulan Ramadhan, Sholat hari Raya dan sebagainya.

Melihat keadaan dan tuntunan zaman, dimana seorang imam tidak hanya dituntut berfungsi sebagai pemimpin dalam Ibadah Sholat saja, namun lebih dari itu seorang Imam secara etik dan emosional, harus mampu mmenjadi pemimpin religius yang membimbing dan mengayomi umat yang diimaminya. Karena itulah masalah perimaman diperlukan manajemen dan figur yang profesional. 12

Sehubungan hal tersebut diatas, maka pada tanggal 22 oktober 2008 dan tanggal 19 desember 2008, bertempat di ruang rapat Biro Kessos Setda Provinsi Jambi, telah dilaksanakan rapat dalam rangka pengembangan dan manajemen Masjid Agung Al-Falah Jambi yang dihadiri oleh Karo Kessos, Karo Organisasi dan Hukum, Biro Keuangan, MUI, Bappeda, dan dari Kanwil Depag Provinsi Jambi. diantara hasil rapat tersebut adalah menggagas adanya satu orang imam besar dan dua orang imam harian yang ditunjuk berdasarkan keputusan Gubernur Jambi, dimana kepada masing-masing imam besar dan imam harian diberikan fasilitas menempati 3(tiga) buah rumah yang telah tersedia di komplek masjid Agung Al-Falah Jambi serta diberikan honor tetap yang bersumber dari APBD Provinsi Jambi dan Uang Kas Masjid Agung Al-Falah Jambi.

2.8.3 Renovasi dan Usaha Pengembangan

Masjid Agung Al-Falah Jambi dari berbagai tahapan yang telah dilalui menghasilkan sebuah bangunan megah dan bermanfaat besar bagi masyarakat khususnya Umat Islam di Provinsi Jambi, yang hingga kini sudah banyak mengalami berbagai renovasi dan peningkatan serta penyempurnaan.

Dalam rangka pengelolaan dan dan perawatan dalam operasional Masjid Agung Al-Falah Jambi ini dperlukan biaya perawatan/pemeliharaan fisik dialokasikan dana melalui APBD Provinsi Jambi pada tiap-tiap tahun yang dimulai tahun anggaran 1981/1982.

Sejak diresmikan pada tanggal 29 september 1980 hingga saat ini Masjid Agung Al-Falah tahap demi tahap telah banyak mengalami pembedahan dan peningkatan antara lain

dibanding 1 buah gedung dengan ukuran 49 M2 dan juga melapisi tiang utama penyangga kubah dengan tembaga , mebuat pagar dan kolam ikan yang panjangnya mengelilingi masjid.

Disamping berbagai pembenahan yang terus dilakukan , maka dirasa perlu membuat dan merencanakan kegiatan yang mendukung dan yang dilaksanakan kedepan kegiatan ini telah diawali dengan adanya kegiatan study banding ke masjid istiqlal Jakarta dan masjid Dian AL Mahri di Depok jawa barat, guna memperoleh berbagai informasi dalam rangka pengembangan dan pemperdayaan masjid. Diantara rencana kegiatan pengembangan kedepan dan yang sedang digalakkan antara lain meliputi:

1. Mengisi kolam yang telah tersedia dengan berbagai jenis ikan sebagai sumber perekonomian masjid dan pengelolah nya ,bekerjasama degan dinas kelautan dan perikanan Provinsi Jambi

2. Akan membangun Etalase (rumah kaca) yang akan dijadikan Boutiqe penjualan busana muslim dan sebagainya .

3. Akan mengadakan rehap seketariat masjid agung Al-Falah jambi guna untuk lebih menyempurnakan tata administrasi dan manajemen yang lebih baik dan maju.

4. Penerbit brosur yang dibagi-bagikan kepada jamaah. 13

5. Sebagai tempat bimbingan dan konsultasi tentang keagaman, yang diasuh oleh imam besar masjid

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Masjid Agung Al-Falah merupakan masjid terbesar di Jambi, Indonesia. Masjid ini juga dikenal sebagai Masjid 1000 Tiang, meskipun jumlah tiangnya hanya 256 buah. Masjid ini dibangun pada tahun 1971 dan selesai pada tahun 1980. Bangunan masjid ini memang hanya seperti sebuah pendopo terbuka dengan banyak tiang penyangga dan satu kubah besar di atasnya. Bentuk bangunan dengan konsep keterbukaan tanpa sekat seperti ini menghasilkan konsep ramah.

Seperti daerah lain yang mempunyai masjid agung begitu juga dengan Kota Jambi. Kota jambi memiliki masjid Agung Al-falah atau biasa disebut masjid seribu tiang, istilah ini muncul karena sebutan para musafir yang berhenti untuk beribadah mereka melihat banyak sekali tiang dan tanpa pintu, dan tanpa dinding jadi terbuka sehingga membuat suasana sejuk walau tanpa pendingin. Untuk jumlah tiang tadi sebenarnya tidak sampai 1.000 tetapi hanya memiliki 256 tiang.

Bagi para musafir yng ingin singgah masjid ini sangat mudah di temui karena terletak di pusat kota jambi di samping pasar Angso Duo tepatnya berlokasi di Jln. Sulthan Thaha No.60 Kelurahan Legok, Kecamatan Telanaipura, Kota Jambi.

3.2 SARAN

Masjid Agung Al-Falah Jambi merupakan tempat ibadah yang mempunyai nilai sejarah dan dapat dijadikan sebagai tempat pembelajaran secara langsung tentang peninggalan sejarah yang ada di Provinsi Jambi mulai dari tingkat Sekolah Dasar hingga Masyarakat Umum. Sehingga dapat menjalin sebuah kebersamaan dan memperbanyak tali silaturrahmi tanpa memandang status dan dapat melestarikan Masjid Agung Al-Falah Jambi secara bersama.